Minggu, 18 Januari 2015

CO_OPERATIVE LEARNING



A.    Pengertian Cooperative Learning
Pemblajaran cooperative learning bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan tertentu.
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan cooperative learning, sebagai berikut :
a. Menurut Salvin (1995) mngemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang mana system belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siwa lebih semangat dalam belajar.
b. Menurut Anite lie (2000) cooperative learning adalah pembelajaran gotong-royong yang mana system pembelajarannyamemberi kesempatan peserta didik untuk bekerja sama denagn peserta lain dalam tugas-tugas yang terstruktur (tugas yang telah ditentukan)
c. Menurut Azizah (1998) cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.
B.   Tujuan Cooperative Learning
Cooperative learning mempunyai tujuan pembelajaran yang penting yang man dapat di resume oleh ibrahim (2000) yaitu:
1. Mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik yakni meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan normal yang berhubungan dengan hasil belajar
2. Dapat menerima secara luas dari orang yang berbeda berdasarkan ras budaya, kelas social, kemampuan dan ketidak mampuannya.
3. Mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi.
C.  Karakteristik Cooperative Learning
Pada hakekatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, akan tetapi tidak. Setiap kerja kelompok dikatakan cooperative learning, Bennet (1995) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, antara lain:
1.      Positive Independence (saling ketergantungan positif) yaitu hubungan timbal balik yang didasari danya kepentingan yang sama.
2.      Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan)yaitu mengenal materi pelajaran dalam anggota kelompok. Sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya membutuhkan keluwesan.
3.      Face to Face Promotive Interaction (interksi promotif) yaitu interaksi yang langsung terjadi antara siswa tanpa adanya perantara.
4.      Interpersonal Skill (komunikasi antar anggota) yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
5.      Group Processing (pemrosesan kelompok) yaitu meningkatkan ketrampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah
D.    Model-model Cooperative learning
Dalam cooperative learning terdapat beberapa fariasi model yang di terapkan di antar lain :
1)      jigsaw
Yaitu mendorong siswa aktifdan saling membatu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapaian prestasi yang maksimal dan penyelenggarannya di bentuk secara bertahap.
2)      Group Invesgation
Pada model ini siswa di bagi ke dalam kelompok yang b eranggotakan 4-5 orang. Daln pada model ini siswa dapat memilh sub topic yang ingin mereka pelajari atau di tentukan oleh guru.
3)      Listening Team
Pada model ini di awali dengan pemaparan materi pelajaran oleh guru, kemudian guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dan kelompokmempunyai peran masing-masing.
E.   Peran Guru dalam Cooperative Learning
Guru dalam cooperative learning mempunyai beberapa peran untuk melakukannya antara lain:
1. Sebagai Fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator harus mempnyai beberapa sikap sebagai berikut:
a) Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
b) Membantu dan mendorong iswa untuk mengingkapkan dan menjelaskan keinginan dan pembicaraannya.
c) Mmembatu kegiatan dan menyiapkan sumber atau alat.
d) Membina siswa agar setiap siswa, setiap orang menjadi sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya
e) Menjelaskan tujuan kegiatan pada keluarga dan mengatur jalannya dalam bertukar pendapat.
2. Sebagai Mediator
Guru berperan untuk menjembati atau mengaitkan materi pelajaran yang sedang di bahas melalui cooperative learning dengan permasalahan yang nyata di temukan di lapangan.
3. Sebagai Director-Motivator
Guru beperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tetapi tidak memberikan jawaban.
4. Sebagai Evaluator
Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlamgsung.

F. Sintak Model Pembelajaran Cooperative Learning
Sintak Model Pembelajaran Cooperative Learning terdiri dari 6 fase :
1. Present Goals and Set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.
2. Present Information
Menyajikan informasi.
3. Organize Student Into Learning Team
Mengngordinasi pesrta didik ke dalam tim-tim belajar.
4. Assist Team Work and Study
Membatu kerja tim.
5. Teast on the Material
Mengevaluasi.
6. Provide Recognition 
Memberikan pengakuan atau penghargaan

INDIVIUALISTIK LEARNING



Hamzah B. Uno (2008 : ) mendefinisikan pembelajaran (learning) adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, serta berbagai strategi pembelajaran baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.

A. Pengertian Strategi Pembelajaran
            Menurut Wina Sanjaya, pembelajaran individual dan pembelajaran kelompok merupakan suatu strategi pembelajaran. Sedangkan strategi pembelajaran menurut J.R. David (1976) dalam Sanjaya (2006:126) dalam dunia pendidikan strategi dapat didefinisikan sebagai “a plan method, or series of activities designed to achieves a particular aducational goal.”. Strategi dapat didefinisikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
            Menurut Wina Sanjaya (2008 : 3) dari pengertian diatas terdapat dua hal yang harus kita cermati, pertama strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Kedua strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
            Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2008 : 3) Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Kemp (1995) dalam Sanjaya (2006:126) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sementara itu Dick and Carey (1985) dalam Sanjaya (2006:126) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
            Memperhatikan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana yang berisi tentang prosedur, langkah-langkah yang didesain sedemikian rupa oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Definisi di atas menjelaskan pula kepada kita bahwa pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, pembelajaran memerlukan ketelitian, ketepatan dan kecerdikan seorang pengajar dalam memutuskan rencana-rencana apakah yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
            Hasil akhir yang hendak dicapai dari penggunaan strategi pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dengan demikian strategi apapun yang akan digunakan dalam pembelajaran, tentunya dipakai dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

B. Pembelajaran Individual (Individual Learning)
1. Pengertian pembelajaran individual
            Pembelajaran individual merupakan suatu strategi pembelajaran, hal ini dijelaskan oleh Rowntree (1974) dalam Sanjaya (2008 : 128) membagi strategi pembelajaran ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-discovery leraning strategy dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual learning strategy.
            Menurut Wina Sanjaya (2008:128) strategi pembelajaran individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberrhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu yang bersangkutan. Bahan pembelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri.
            Pada strategi pembelajaran individual ini siswa dituntut dapat belajar secara mandiri, tanpa adanya kerjasama dengan orang lain. Sisi positif penggunaan strategi ini adalah terbangunya rasa percaya diri siswa, siswa menjadi mandiri dalam melaksanakan pembelajaran, siswa tidak memiliki ketergantungan pada orang lain.   Namun di sisi lain terdapat kelemahan strategi pembelajaran ini, diantaranya jika siswa menemukan kendala dalam pembelajaran, minat dan perhatian siswa justru dikhawatirkan berkurang karena kurangnya komunikasi belajar antar siswa, sementara enggan beratanya kepada guru, tidak membiasakan siswa bekerjasama dalam sebuah team.
            Sedangkan menurut Sudjana (2009 : 116) Pengajaran individual merupakan suatu upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, kecepatan dan caranya sendiri.
Menurut Sudjana, Perbedaan-perbedaan individu dapat dilihat dari :
1. Perkembangan intelektual
2. Kemampuan berbahasa
3. Latar belakang pengalaman
4. Gaya belajar
5. Bakat dan minat
6. Kepribadian
            Pembelajaran individu berorientasi pada individu dan pengembangan diri. Pendekatan ini memfokuskan pada proses dimana individu membangun dan mengorganisasikan dirinya secara realitas bersifat unik. (Hamzah B. Uno, 2008 : 16)
Menurut Muhammad Ali (2000 : 94) strategi belajar mengajar individual disamping memungkinkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan potensinya, juga memungkinkan setiap siswa menguasai seluruh bahan pelajaran secara penuh. “mastery learning “ atau belajar tuntas.
            Strategi pengajaran yang menganut konsep belajar tuntas, sangat mementingkan perhatian terhadap perbedaan individual. Atas dasar ini sistem penyampaian pengajaran dilakukan dengan mengarah kepada siswa belajar secara individual. Muhammad Ali (2000 : 99)


2. Model-model pembelajaran individual
Menurut Hamzah B. Uno (2008 : 18), ada beberapa model pembelajaran yang termasuk pada pendekatan pembelajaran individual, diantaranya adalah model pembelajaran pengajaran tidak langsung (non directive teaching), model pembelajaran pelatihan kesadaran (awareness training), sinektik, sistem konseptual, dan model pembelajaran pertemuan kelas (clasroom meeting).
Berikut adalah model-model pembelajaran yang lain :
• Distance learning (pembelajaran jarak jauh)
• Resource-based learning (pembelajaran langsung dari sumber)
• Computer-based training (pelatihan berbasis komputer)
• Directed private study (belajar secara privat langsung)

3. Keuntungan-keuntungan dan kelemahan pembelajaran individual
Keuntungan-keuntungan:
• Pembelajaran tidak dibatasi waktu
• Siswa dapat belajar secara tuntas
• Perbedaan-perbedaan yang banyak di antara para peserta dipertimbangkan
• Para peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu yang dapat mereka sesuaikan
• Gaya-gaya pembelajaran yang berbeda dapat diakomodasi
• Hemat untuk peserta dalam jumlah besar
• Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang mereka pelajari
• Merupakan proses belajar yang bersifat aktif bukan pasif
Beberapa kelemahan:
• Memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkan bahan-bahan
• Motivasi peserta mungkin sulit dipertahankan
• Peran instruktur perlu berubah
• Keberhasilan tujuan pembelajaran kurang tercapai, karena tidak ada tempat untuk siswa bertanya
Kelemahan  pembelajaran individual
• Memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkan bahan-bahan
• Motivasi peserta mungkin sulit dipertahankan
• Peran instruktur perlu berubah

DAFTAR PUSTAKA
Wina Sanjaya (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana
Wina Sanjaya (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana
Kokom Komalasari (2010), Pembelajaran Kontekstual,Bandung, Refika Aditama
Hamzah B. Uno (2008), Model Pembelajaran,Jakarta, Bumi Aksara
Nana Sudjana (2009), Teknologi Pengajaran, Bandung, Sinar Baru
Muhammad Ali (2000), Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru
 
Princess in The Dark Blogger Template by Ipietoon Blogger Template